CAMPUR KODE DALAM VIDEO HELMY YAHYA BICARA
Pendahuluan
Sosiolinguistik adalah
ilmu yang bersifat interdisipliner atau
gabungan dua disiplin ilmu yaitu
sosiologi dan linguistik. Ilmu ini menjelaskan kemampuan manusia dalam
menggunakan aturan berbahasa secara tepat
dalam situasi yang
berbeda-beda. Pengertian sosiolinguistik menurut para ahli.
Abdul
Chaer dan Leonie Agustina dalam
buku Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (1995), mengatakan bahwa
sosiolinguistik berhubungan denganperincian-perincian pemakaian bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola
pemakaian bahasa atau dialek dalam
budaya tertentu, pilihan
pemakaian bahasa atau dialek
tertentu yang dilakukan
oleh penutur, topik dan latar pembicaraan. Lebih jauh, masihdalam buku
yang sama, didefinisikan
sosiolinguistik sebagai bidang antar disiplin
yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya penggunaan bahasa itu
dalam masyarakat. Menurut Hidayati 2011), masyarakat Indonesia yang menguasai beberapa bahasa
cenderung menggunakan beberapa ragam bahasa dalam komunikasi. Sehingga, secara
tidak langsung hal inilah yang menyebabkan adanya variasi bahasa. Chaer dan Leonie
(2004:62) mengatakan bahwa, ragam
bahasa sebagai akibat
adanya keragaman sosial penutur
bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa.
Saddhono
(2014) kedwibahasaan merupakan salah
satu fenomena dua bahasa dalam
suatu tindak tutur
Kesalahan berbahasa
tersebut bisa terjadi
disemua aspek
keterampilan berbahasa, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis, baik dari
segi linguistik, seperti fonologi, morfologi, serta sintaksis, maupun
dari segi nonlinguistik, yaitu makna
dan isi. Dalam
kajian sosiolinguistik ada tiga jenis pilihan bahasa yang biasa dikenal,
yaitu campur kode, alih kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sama
(Saddhono, 2007).
Kode adalah
suatu sistem tutur
yang penerapan unsur bahasanya
memiliki ciri khas sesuai dengan
latar belakang penutur, relasi
penutur dengan mitra
tutur, dan situasi tutur
yang ada
yang biasanya berbentuk varian
bahasayang secara nyata dipakai untuk berkomunikasi oleh anggota suatu
masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, 1978).
Fasold dalam (Chaer,
1994) menyatakan bahwa seseorang yang menggunakan satu kata atau frasa
dari suatu bahasa maka itu
disebut campur kode. Proses
penuturan dua bahasa
atau lebih menjadi satu tuturan
dengan tujuan tertentu disebut dengan campur kode.
Kode adalah
suatu sistem tutur
yang penerapan unsur bahasanya
memiliki ciri khas sesuai dengan
latar belakang penutur, relasi
penutur dengan mitra
tutur,dan situasi tutur yang
ada yang biasanya berbentuk varian bahasa yang secara
nyata dipakai untuk berkomunikasi oleh anggota suatu masyarakat bahasa
(Poedjosoedarmo, 1978). Fasold dalam (Chaer, 1994) menyatakan bahwa
seseorang yang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa maka
itu disebut campur
kode. Proses penuturan dua bahasa
atau lebih menjadi satu tuturan
dengan tujuan tertentu disebut dengan campur kode. Kode adalah suatu sistem tutur
yang penerapan unsur bahasanya memiliki ciri khas sesuai
dengan latar belakang penutur,
relasi penutur dengan mitra
tutur, dan situasi
tutur yang ada yang biasanya
berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai untuk berkomunikasi oleh
anggota suatu masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, 1978). Fasold
dalam (Chaer, 1994) menyatakan bahwa seseorang yang menggunakan satu
kata atau frasa dari suatu bahasa
maka itu disebut
campur kode. Proses penuturan dua
bahasa atau lebih menjadi satu tuturan dengan tujuan tertentu disebut dengan
campur kode.
Helmy
Yahya adalah adalah seorang pembawa acara televisi dan saat ini merambah
menjadi konten creator youtube “Helmy Yahya Bicara”. Dalam video ini Helmy
Yahya berkolaborasi dengan Soimah, seorang arti yang memiliki kemampuan di
bidang seni yang beragam berasal dari Pathi dan tinggal di Yogyakarta dengan
penguasaan Bahasa Jawa yang fasih.
Berdasarkan
latar belakang peristiwa bahasa tersebut maka penulis akan mengkaji campur
kode dalam video Helmy Yahya bicara bersama dengan Soimah.
Pembahasan
Wujud
campur kode yang ditemukanadalah campur kode melibatkan bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa dalam bentuk penyisipan unsur-unsur bahasa Jawa ke dalam
unsur-unsur bahasa Indonesia. Penyisipan yang dimaksud adalah unsur kata,
frasa, kata ulang dan pengulangan kata, idiom (ungkapan), dan klausa. Munculnya
wujud campur kode dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kebahasaan. Berdasarkan
hal tersebut, Suwito (1983) memaparkan beberapa faktor yang melatar belakangi
terjadinya campur kode antara lain: 1) faktor peran, yang termasuk peran adalah
status sosial, pendidikan, serta golongan dari pesera bicara atau penutur
bahasa tersebut; 2) faktor ragam, ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan
oleh penutur pada waktu melakukan campur kode, yang akan menempat pada hirarki
status sosial dan 3) faktor keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan, yang
termasuk faktor ini adalah tampak pada peristiwa campur kode yang menadai sikap
dan hubungan penutur terhadap orang lain, dan hubungan orang lain terhadapnya.
Campur
kode pada umumnya terjadi dalam suasana santai atau terjadi karena faktor
kebiasaan. (Suwito, 1985). Adapun factor yang mempengaruhi terjadinya campur
kode, diantaranya berlatar belakang pada sikap, berlatar belakang kebahasaan.
Keduanya saling bergantung dan kadang bertumpang tindih. Atas dasar hal
tersebut, dapat diidentifikasi alasan terjadinya campur kode, yaitu:
identifikasi peranan,identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan
menafsirkan.
Campur kode 1:
Helmy
Yahya : “Yak, masih dalam
perjalanan saya ke Jogja. Saya sekarang ke hahahahaha..... ni tempate wong
sugih iki.”
Dalam
tuturan yang disampaikan terdapat penyisipan klausa.
Helmy
Yahya menggunakan klausa tersebut karena ingin menjelaskan bahwa dirinya sedang
berada di rumah orang kaya, selain itu mitra tutur yang diajak komunikasi fasih
dalam bahasa Jawa.
Campur
kode 2
Soimah : “Ya, karena kalau saya
dibilang orang sugih, dibilang sultan, dibilang ... semua saya
amini, karena itu doa to?”
Terdapat
penyisipan kata dalam tuturan yang diucapkan Soimah ke Helmy Yahya.
Campur
kode 3
Helmy
Yahya : “Makanya pendopo ini
namanya pendopo tulungo?”
Dalam
tuturan Helmy Yahya menggunakan sisipan frasa.
Campur
kode 4
Soimah : “Tulungo itu
dari kata pitulungan, pitulungan itu adalah pertolongan. Nah, aku
ambil angka dari tujuh pitu, wolu, songo. Aku ambil tengahnya tulungo
dengan harapan tempat ini bisa menolong orang dan saya juga butuh pertolongan
dari temen-temen atau dari orang luar, yang artinya kita bisa saling
tolong-menolong, ya berinterakasi.”
Dalam
tuturan Soimah terdapat campur kode berupa penyisipan kata. Bertujuan untuk memberikan penjelasan.
Campur
kode 5
Soimah : Saya juga nggak
tahu, aku ki bongso opo ya? Ya, karena kan, kalau aku kan, yang
pertama karena suka seni. Jadi saya nggak mau milih-milih, karena bagi saya
semua seni itu sama dan aku cicipi, harus aku rasain semua. Jadi kalau aku
mencoba hal baru yang bukan jurusanku, itu aku seneng, untuk hasil bisa apa
nggak, bagus apa nggak itu belakangan yang penting aku nyoba, dan kalau ngga
nyoba kan, kita nggak akan bisa kan? Ya jadi aku nggak bisa, terserah orang mau
nyebut aku sinden atau ... aku nggak peduli. Monggo. Terserah
bebas, yang penting aku pekerja seni. Jadi seni apa aja, yang saya geluti sukur-sukur
bisa menghasilkan uang ya saya jalani itu.
Dalam tuturan
Soimah, juga ada penggunaan campur kode bahasa Jawa dengan tujuan untuk
menjelaskan. Terdapat campur kode berupa klausa aku ki bongso opo, campur
kode berupa kata Monggo dan campur kode berupa pengulangan sukur-sukur.
Penutup
Simpulan
Berdasarkan uraian
dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode dapat
terjadi karena beberapa faktor yaitu penutur
dan lawan tutur, variasi Bahasa
dalam penggunaan dua bahasa. Dalam video
tersebut Helmy dan Soimah menggunakan Bahasa Indonesia
dan Bahasa Jawa, untuk
Helmy masih dominan
Bahasa Indonesia tetapi Soimah dominan bahasa Jawa.
Sedangkan
campur kode yang
terdapat dalam video tersebut adalah
campur kode ke dalam
yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Daftar Pustaka
Diyah Atiek Mustikawati.
Alih Kode dan Campur Kode antara Penjual dan Pembeli (Analisis Pembelajaran
Berbahasa Melalui Studi Sosiolinguistik): Jurnal Dimensi Pendidikan dan
Pembelajaran. 2019.
Ermi Adriani
Meikayanti dkk. Campur Kode dan Alih Kode Dalam Video Youtube Bayu Skak. Widyabastra
: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. 7 (1) (2019)
Meity
Suratiningsih dan Yeni Cania Puspita. Kajian Sosiolinguistik :Alih Kode dan Campur
Kode Dalamvideo Podcast Dedy Corbuzier
Dan Cinta Laura. BAHTERA INDONESIA:Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Vol. 7, No.1,Mar. 2022.
Melly Syafitri, dkk.
Alih Kode dan
Campur Kode Dalam
Interaksi Non Formal
Pada Masyarakat Multilingual Desa
Sungai Keran Kecamatan
Sungai Raya Kepulauan Kabupaten
Bengkayang. Bahastra: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 7(2).
2023.
Siti Halimatus
Sa'diyah. Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Kegiatan Diniyah Di Pondok Pesantren
Nurul Ummah Putri Kotagede Yogyakarta: Caraka: Jurnal Ilmu Kebahasaan,
Kesastraan, dan Pembelajarannya 5 (10). 2019.